MODEL KAMPANYE PADA MASA PANDEMI BAGI PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH TAHUN 2020 DI KABUPATEN BELU

Mau, Dniel Silvester Bere (2023) MODEL KAMPANYE PADA MASA PANDEMI BAGI PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH TAHUN 2020 DI KABUPATEN BELU. Undergraduate thesis, Universitas Timor.

	Text (ABSTRAK) ABSTRAK.pdf Download (5MB)
	Text (BAB I) BAB I.pdf Download (5MB)
	Text (BAB II) BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy
	Text (BAB III) BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy
	Text (BAB IV) BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy
	Text (BAB V) BAB V+DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (5MB)
	Text (LAMPIRAN) LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Kampanye merupakan bagian inheren dalam setiap perhelatan pemilihan umum. Sebagai medium informasi, kampanye merupakan cara paling efektif bagi kandidat dalam pemilihan umum untuk menyampaikan visi, misi, program serta informasi lain untuk meyakinkan calon pemilih. Di sisi lain, kampanye juga dituding sebagai salah satu penyebab mahalnya ongkos politik yang merupakan salah satu pintu masuk politik uang. Di era pandemi covid-19, menjelang pilkada serentak pada Desember 2020, KPU telah menetapkan PKPU tentang pelaksanaan pemilihan kepala daerah dalam kondisi bencana non-alam. Berdasarkan latar belakang persoalan yang diangkat maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Model Kampanye Pada masa Pandemi Bagi Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2020 di Kabupaten Belu?. Untuk menganalisi permasalahan yang di kaji penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam penelitian ini perlu memperhatikan: 1. Kampanye Secara Terbuka, a. Tingkat keterbatasan waktu kampanye, b. Tingkat keterbatasan jumlah peserta kampanye, c. Penyampaian isi kampaye secara ringkat, tepat dan jelas, d. Tingkat penggunaan masker disaat berkampanye 2. Door To Door. a. Menghindari kerumuman yang berjumlah terlampau besar atau banyak, b. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kampanye berkurang, c. Skil dalam meningkatkan elektabilitas kandidat dalam berkampanye, d. Intensifikasi Persaingan Terhadap Rivalitas Politik. Dari analisa permasalahan tersebut di atas, dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Model kampanye secara terbuka merupakan sebuah model kampanye yang dilakukan dalam rangka menyampaikan program kerja kepada masyarakat secara langsung namun bertepatan dengan covid 19 maka model kampanye ini walaupun dilakukan secara terbuka tetapi ruanglingkup kampanye dibatasi, baik waktu, peserta kampaye dan lain sebagaianya. Akibatnya model kampanye yang dilakukan secara terbuka ini dilakukan tetpi belum optimal. 2. Model door to door merupakan model kampaye yang dilakukan oleh kandidat kepala daerah dari pintu kepintu dan model ini juga pada masa pandemi covid 19 ini belum optimal. Sarannya adalah 1. Kedepan apabila masa pandemi civid 19 ini sudah selesai maka model kampanye yang secara terbuka ini perlu dilaksanakan secara normal dengan diberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat dan para kandidat untuk waktu yang baik, tidak dibatasi jam kampaye dan peserta kampanye lagi. 2. Sangat diharapkan agar model door to door ini kedepan setelah masa pandemi dioptimalkan kembali dalam melakukan kampanye karena model ini sangat baik dalam penyampaian program kerja dari figur politik kepada masyarakatnya.

Actions (login required)

View Item